Pages

Rabu, 23 Oktober 2013

kalimat argumentasi dan penalaran



Ini Harapan Pengusaha terhadap Rupiah
JAKARTA, KOMPAS.com — Nilai tukar rupiah yang terjaga dalam kurun waktu tertentu akan menjadikan dunia usaha relatif bisa memprediksi bisnisnya. Dalam tiga-empat bulan terakhir, misalnya, nilai tukar rupiah relatif stabil pada level sekitar Rp 9.700 per dollar Amerika Serikat.
"Namun, kalau swing (perubahan)-nya terlalu lebar, akan terjadi posisi wait and see (menunggu perkembangan),” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Franky Sibarani, Selasa (28/5/2013), di Jakarta, menanggapi kecenderungan rupiah yang melemah terhadap dollar AS belakangan ini.
Pelemahan rupiah akan terasa bagi industri yang berbahan baku impor, tetapi menjual produknya di dalam negeri dalam rupiah. Sementara dampaknya tidak akan begitu terasa bagi industri yang berbahan baku impor, tetapi produknya diekspor.
”Bagi industri yang bahan bakunya lokal, tetapi produknya diekspor, pelemahan rupiah akan memberi dampak positif,” ujar Franky.
Wakil Ketua Umum Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia Budi Susanto Sadiman mengatakan, belakangan terjadi penurunan harga bahan baku jenis propilen dan etilen yang berkisar 5-6 persen. Komponen impor bahan baku industri plastik saat ini sekitar 40 persen.
”Nilai tukar Rp 9.500 sampai Rp 9.700 masih bisa ditoleransi karena penurunan harga bahan baku belakangan cukup tinggi. Namun, kalau rupiah tembus Rp 10.000 atau lebih, industri plastik harus membeli bahan baku lebih mahal,” kata Budi.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Rusdan Dalimunthe mengatakan, pelemahan rupiah akan berdampak positif bagi petani karet yang produknya diekspor.
Pengamat ekonomi Sustainable Development Indonesia Dradjad H Wibowo berpendapat, pelemahan nilai rupiah saat ini masih wajar sebagai bagian dari kekuatan permintaan dan penawaran. Namun, Bank Indonesia (BI) tetap perlu mewaspadai spekulasi atas rupiah. Itu dilakukan seiring dengan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia.
”Masih untung saat ini rupiah belum mengalami serangan spekulatif. Pelemahan ini masih sesuai kekuatan permintaan dan penawaran,” katanya.
Kenaikan harga BBM         
Gubernur BI Agus DW Martowardojo, di Jakarta, Selasa, mengatakan, hanya dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, nilai rupiah tahun 2013 bakal di kisaran Rp 9.500-Rp 9.700 per dollar AS. Skema kenaikan harga BBM bersubsidi ini sebagaimana yang direncanakan pemerintah.
Pemerintah merencanakan, per Juni 2013 harga premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter, dan solar naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.500 per liter.
”Saya tak bisa menyampaikan berapa nilai tukar rupiah yang ideal untuk pasar. Namun, kalau harga BBM subsidi dinaikkan, saya optimistis nilai tukar rupiah di kisaran Rp 9.500-Rp 9.700 per dollar AS,” kata Agus.
Tanpa skenario kenaikan harga BBM bersubsidi, BI memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah tahun 2013 Rp 9.600-Rp 9.800 per dollar AS. Sementara pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan Tahun 2013 mengasumsikan nilai tukar rupiah 2013 adalah Rp 9.600 per dollar AS. Asumsi APBN Tahun 2013 adalah Rp 9.300 per dollar AS.
Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi akan memperkuat posisi neraca pembayaran Indonesia. Pasalnya, impor minyak akan berkurang sehingga kinerja transaksi berjalan pun membaik.
Sebelumnya, Menteri Keuangan M Chatib Basri dalam paparannya kepada Badan Anggaran DPR pekan silam menyatakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan berfluktuasi dengan kecenderungan pada kisaran Rp 9.600 per dollar AS sepanjang tahun 2013.
Faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah antara lain masih lemahnya pertumbuhan perekonomian global. Implikasinya, ekspor neto, yaitu nilai ekspor dikurangi impor, belum benar-benar pulih. Namun, pemulihan permintaan global diperkirakan akan terjadi pada semester II-2013.
Penyesuaian harga BBM bersubsidi, menurut Chatib, juga akan mengurangi tekanan defisit neraca migas yang ujung-ujungnya berkontribusi mendorong penguatan rupiah. Faktor lainnya adalah komitmen Pemerintah AS melanjutkan kebijakan quantitative easing yang akan menekan nilai dollar AS. (CAS/LAS/BEN)

Note :
·         Argumentasi      : tulisan bold berwarna biru
·         Penalaran            : tulisan blod berwarna merah